Aliran Listrik Terus Menjadi Keresahan Masyarakat Pelosok

Longtime.id – Masalah kelangkaan aliran listrik dan jaringan komunikasi di wilayah pelosok desa di Kabupaten Kutai Timur (Kutim) terus menjadi keluhan masyarakat. Banyak wilayah, khususnya di daerah pemilihan (Dapil) II yang mencakup Sangatta Selatan, Teluk Pandan, Rantau Pulung, dan Bengalon, masih mengalami kesulitan dalam memperoleh akses listrik yang memadai.
Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Kutim, Yusri Yusuf, yang baru saja dilantik untuk periode 2024-2029, menyampaikan keprihatinannya terkait masalah ini. Menurutnya, meskipun masalah aliran listrik sudah sering dibicarakan, solusi konkret belum dapat dirasakan oleh masyarakat di daerah-daerah terpencil.
“Harapannya, kami akan menyampaikan masalah ini ke pemerintah, namun kami belum mengembangkan pokok-pokok pikiran (pokir) untuk tahun ini. Tahun depan, kami akan fokus menyampaikannya kepada pemerintah,” kata Yusri saat ditemui di Kantor DPRD Kutim, Kamis (14/11/2024) lalu.
Yusri menjelaskan bahwa meskipun Kabupaten Kutim sudah berusia 26 tahun, masih ada sejumlah wilayah yang belum teraliri listrik. Bahkan, terdapat sekitar 300 rumah di wilayah ini yang belum menikmati aliran listrik, dan tak sedikit pula yang masih kesulitan mendapatkan akses air bersih.
“Untuk pemerintah harus tahu bahwa masih banyak wilayah di Kutim yang belum teraliri listrik, bahkan air bersih pun belum tersedia di beberapa desa. Ini menjadi masalah besar, khususnya bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil,” ungkap Yusri.
Salah satu contoh yang diungkapkan Yusri adalah keluhan dari masyarakat di daerah sebelum Tepian Langsat, yang masih bergantung pada genset untuk mendapatkan listrik. Mereka hanya dapat menggunakan genset dari jam 6 sore hingga jam 10 malam, dan bahkan untuk mendapatkan air bersih pun masih sulit.
“Beberapa waktu lalu, ada warga yang datang kepada saya dan menceritakan bahwa mereka masih menggunakan genset untuk mendapatkan listrik. Bahkan, untuk kebutuhan air bersih pun mereka belum mendapat bantuan. Padahal, mereka sudah pernah dijanjikan akan ada instalasi listrik dari pihak perusahaan,” kata Yusri.
Yusri juga menambahkan bahwa meskipun beberapa tahun lalu pihak perusahaan atau kontraktor PLN sempat menjanjikan instalasi listrik untuk daerah tersebut, hingga kini, janji tersebut belum terealisasi. Masyarakat pun merasa kebingungan karena tidak ada kelanjutan yang jelas mengenai status pasokan listrik di wilayah mereka.
“Saya dengar, sebenarnya daerah tersebut sudah dijanjikan pemasangan instalasi listrik oleh pihak perusahaan, bahkan sudah ada kontraktor PLN yang turun. Namun, sudah lima tahun berlalu dan sampai sekarang belum ada perubahan. Mereka pun bingung karena komunikasi dengan pihak terkait tidak berjalan lancar,” terang Yusri.
Sebagai perwakilan rakyat, Yusri menegaskan bahwa sangat penting untuk mendengarkan keluhan masyarakat dan memastikan agar aspirasi mereka didengar oleh pemerintah. Oleh karena itu, Yusri mendorong masyarakat untuk lebih aktif dalam menyampaikan keluhan mereka melalui jalur yang tepat, seperti hadir dalam kegiatan reses atau forum dengar pendapat (hearing).
“Saya selalu mengingatkan masyarakat untuk lebih aktif dalam menyampaikan keluhan mereka, terutama saat reses. Dengan cara ini, kami sebagai perwakilan rakyat bisa mengetahui apa yang dibutuhkan masyarakat dan memastikan keluhan tersebut sampai ke pemerintah,” tambah Yusri.
Yusri berkomitmen untuk terus mendorong pemerintah agar masalah aliran listrik ini dapat segera teratasi. Ia berharap agar pemerintah lebih memperhatikan kebutuhan dasar masyarakat, seperti listrik dan air bersih, di daerah-daerah yang belum terjangkau oleh fasilitas tersebut.
“Kami akan tetap berjuang untuk memastikan bahwa aliran listrik dapat sampai ke masyarakat di seluruh pelosok Kutai Timur. Ini adalah hak dasar yang harus dipenuhi oleh pemerintah, dan kami akan terus mendorongnya agar tidak ada lagi wilayah yang terpinggirkan,” tutup Yusri. (Yas/Adv/DPRD Kutim)