(istimewa).
Longtime.id – Sekolah Luar Biasa atau SLB merupakan sekolah khusus yang disediakan untuk anak berkebutuhan khusus pula, karena sifatnya yang khusus, jenis sekolah ini memiliki mata pelajaran yang berbeda dengan sekolah reguler pada umumnya.
Pengawas Pendidikan Khusus Disdikbud Kaltim, Muhammad Syafi’i mengatakan perbedaan mata pelajaran karena di SLB memiliki program pembelajaran khusus, yang disesuaikan dengan jenis kebutuhan sang anak.
“Misalkan tunanetra, tunanetra itu salah satunya adalah orientasi dan mobilitas, kemudian untuk anak tuna rungu ada bicara bina persepsi bunyi dan irama, atau bina komunikasi, yang membahas bagaimana bahasa isyarat, mata pelajaran seperti itu hanya ada di SLB,” ungkap Syafi’i, akrabnya disapa.
Lebih lanjut, Syafi’i menerangkan, perbedaan mata pelajaran yang terjadi karena disesuaikan kebutuhan menyebabkan siswa SLB akan dikelompokkan per kebutuhan khususnya.
Karena pengelompokan itu, sehingga akan digunakan beberapa kurikulum seperti kurikulum tuna netra, kurikulum tuna rungu, dan kurikulum tuna grahita, dan lainnya diacukan kepada jenis kebutuhannya.
“Karena macam-macam, seperti tuna netra, kemampuan berfikirnya sama dengan anak normal, begitupun tuna daksa, tuna daksa hanya gangguan fisik saja, kalau cara berfikirnya sama aja dengan anak pada umumnya,” paparnya.
Lebih jauh, Syafi’i menjelaskan di dalam SLB jenjangnya sudah otomatis termuat TK LB, SD LB, SMP LB dan SMA LB, dalam satu atap, maka dari itu tak jarang guru yang di tingkatan SLB yang rendah semisal TK LB, juga berperan sebagai seorang baby sitter.
“Makanya untuk jenjang SDLB idealnya menurut peraturan, kalau anak itu tunanetra dan tidak memiliki gangguan lain itu 1 banding 5 siswa, itu kalau tidak double anaknya, misal anak itu sudah tuna netra, tuna grahita juga, jadi sudah buta, IQ nya juga rendah, itu idealnya 1 banding 5, kalau sudah lulus SDLB, ke SMPLB dan SMA LB itu baru satu banding 6,” tutup Syafi’i. (ain/adv)
