Bupati Kutim: Stunting Bukan Penyakit Namun Harus Diwaspadai
Longtime.id – Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman mengatakan, stunting bukanlah suatu penyakit, namun tetap harus diwaspadai dan harus dicegah sedari dini.
“Saya mengapresiasi kegiatan yang sudah dikerjasamakan di kabupaten antara Kemenag dan Dinas Kesehatan yang selalu memberikan kesempatan kepada petugas kesehatan untuk menyampaikan pembekalan pada saat sang calon pengantin mempersiapkan dirinya (secara kesehatan) untuk jadi sebuah pasangan suami-istri, sehingga dapat tercipta pasangan serta keturunan yang berkualitas,” ungkap Bupati di acara Pembukaan Rapat kerja cabang (Rakercab) Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Kabupaten Kutai Timur ke-2 di Pelangi Room, Hotel Royal Victoria, Sangatta Utara, Sabtu (04/06/2023) kemarin.
Bupati menyampaikan, sudah ada program dari Pemerintah yaitu Indonesia terbebas dari stunting di 2035 mendatang. Oleh sebab itu, Dinas Kesehatan terus berjibaku dengan semua stakeholder yang ada untuk memerangi stunting ini.
Secara terpisah, ditemui usai acara tersebut, Kepala Dinas Kesehatan Kutim dr Bahrani menjelaskan, bahwa pada periode emas anak atau 1000 hari pertama kehidupan merupakan masa-masa yang sangat krusial.
Dikatakannya, pada masa ini pertumbuhan dan perkembangan terutama otak telah mencapai 80 persen dan sebagai penentu tingkat intelegensi tiap individu, tentu saja perkembangan otak ini harus diperhatikan.
“Makanya Pemerintah berharap mulai sekarang mau mengintervensi stunting itu, dimulai dengan peran teman-teman terutama bidan tadi. Karena mereka berperan besar dalam mendampingi kesehatan ibu dan anak. Bahkan, mulai dari persiapan calon pengantin pun mereka (bidan) juga andil dalam mengintervensi hal ini, termasuk 3 bulan sebelum menikah tentang persiapan hamil mereka (calon pengantin) sudah harus dibekali,” terangnya kepada awak media.
Dari data yang dihimpun media ini, angka stunting Di Kutai Timur sempat meroket hingga 27,4 persen dan pada kala itu memposisikan Kutim sebagai daerah dengan prevalensi stunting tertinggi (22,9 hampir 23 persen) di Kalimantan Timur (Kaltim). Seiring berjalannya waktu, serta melalui upaya-upaya yang digenjot Pemkab Kutim, kini angka stunting tersebut berhasil ditekan hingga 24,7 persen.
Penurunan ini berkat gencarnya kerja keras Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten, Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terkait, para Tim Pendamping Keluarga (TPK), Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB), Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK), serta stakeholder lainnya.
Saat ini Kutim berhasil turun di posisi ke-4 (Se Kaltim), terlepas dari pencapaian ini, Pemkab Kutim optimis angka tersebut dapat turun hingga 20 persen dan pada 2024 mendatang bisa tembus di angka 14 persen. (Red)