Pekan Raya Pemuda Kutim: Generasi Muda Bahas Strategi Pembangunan dan Inovasi untuk Daerah
Longtime.id – Pekan Raya Pemuda Volume II yang digelar di Lapangan Alun-alun Helipad Bukit Pelangi pada Sabtu (20/7/2024) tidak hanya diisi dengan penampilan artis nasional, tetapi juga diwarnai dengan diskusi mendalam tentang peran strategis pemuda dalam pembangunan Kutai Timur (Kutim). Acara ini menjadi platform bagi berbagai elemen pemuda dan wirausahawan untuk membahas langkah-langkah konkret dalam memajukan daerah.
Dalam diskusi tersebut, Ali dari Tangan Di Atas (TDA) Kutim menegaskan pentingnya kolaborasi berbasis visi bersama dalam mendukung Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). “Visi yang sama memungkinkan TDA berkontribusi pada kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor UMKM,” ujarnya. Ali juga menyoroti perlunya kemitraan yang lebih erat dengan pemerintah daerah, dengan menyebut bahwa Indonesia belum mencapai target jumlah pengusaha minimal 4 persen dari total penduduk.
Agus Kurniady dari Fraksi Rakyat Kutim (FRK) menambahkan bahwa kritik terhadap pemerintah merupakan bagian penting dari keterlibatan publik. “Kritik terhadap pemerintah adalah cara untuk memastikan keterlibatan aktif pemuda dalam pengawasan kebijakan,” katanya.
Yusi dari Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Kutim menekankan peran penting pemuda dalam perekonomian daerah. Deo dari GMNI Kutim juga menekankan bahwa pemuda harus fokus pada kemajuan Kutim dengan memberikan perhatian lebih pada pengembangan sektor-sektor penting, bukan hanya membicarakan proyek. “Pemuda hari ini jangan hanya bicara uang saja, karena pentingnya ruang bagi pemuda dalam berbagai sektor pembangunan,” ungkapnya.
Ibu Arum, yang aktif dalam advokasi untuk anak-anak disabilitas, menyoroti perlunya menyediakan wadah bagi semua pemuda, termasuk anak-anak disabilitas. “Anak muda itu butuh wadah, juga anak-anak disabilitas. Mereka juga itu punya bakat untuk dikembangkan makanya mereka harus punya wadah. Pemerintah harus support itu,” jelasnya.
Anjas dari Kawula Muda mengusulkan pelatihan terkait pertambangan untuk meningkatkan kompetensi tenaga kerja di Kutim, yang dikenal dengan industri pertambangan. “Ke depannya saya ingin membuat pelatihan terkait pertambangan, karena Kutim identik pertambangan. Karena masalah yang kita hadapi adalah pekerja yang selalu melamar gagal,” tuturnya.
Sementara Gerald dari STIPER menyarankan pemanfaatan teknologi dan kecerdasan buatan (AI) untuk mengatasi tantangan pembangunan, dengan harapan pemerintah dapat memanfaatkan potensi anak muda lokal. “Kita mengenal AI hari ini, pemerintah mesti dapat membuat produk digital yang baik. untuk menciptakan intelegent itu tidak usah lagi mencari orang luar, tapi manfaatkan anak muda Kutim,” katanya.
Saijah, Ketua Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), menegaskan pentingnya autokritik terhadap pemerintah agar kegiatan yang dilakukan tidak sekadar menggugurkan kewajiban. “Penting untuk memastikan pemerintah benar-benar memenuhi kebutuhan masyarakat,” katanya.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) Kutim, Basuki Isnawan, yang menutup acara tersebut menyatakan komitmennya untuk mendukung pemuda. “Saya juga lahir dari rahim aktivis. Saya akan buka pintu selebar-lebarnya untuk anak muda, saya ingin kita bergandengan tangan untuk Kutim,” ujarnya.
Diskusi ini menegaskan bahwa kolaborasi antara pemuda dan pemerintah adalah kunci untuk menciptakan perubahan positif di Kutim. Dengan dukungan dan fasilitas yang tepat, pemuda diharapkan dapat menjadi penggerak utama dalam pembangunan ekonomi dan sosial daerah. (Adv)