DPRD Kaltim Soroti Tambang Tak Berkelanjutan, Bandingkan Komitmen Lingkungan Raja Ampat

Longtime.id – Aktivitas pertambangan di Raja Ampat, Papua Barat, tengah menuai sorotan nasional karena dianggap mengancam ekosistem konservasi laut dunia. Namun di sisi lain, persoalan tambang yang sudah lama berlangsung di Kalimantan Timur justru seakan luput dari perhatian, meski dampaknya juga tak kalah serius.
Anggota Komisi III DPRD Kaltim, Syarifatul Syadiah, menyatakan bahwa komitmen pelestarian lingkungan di Raja Ampat patut dijadikan cermin bagi daerah penghasil tambang seperti Kaltim.
“Di Raja Ampat itu, kepedulian terhadap lingkungan hidup luar biasa tinggi. Mereka menjaga biota lautnya dengan serius, dan semua elemen, termasuk perbankan, turut mendukung pelestarian serta pemberdayaan masyarakat,” ungkapnya.
Ia menyoroti model pengelolaan pariwisata di Raja Ampat yang tidak mengejar kuantitas wisatawan, tetapi menekankan kualitas dan keberlanjutan.
“Yang mereka jual itu kelestarian. Alamnya bersih, asri, dan betul-betul alami. Pemerintah dan masyarakatnya punya komitmen bersama menjaga itu semua. Mereka tampaknya lebih memilih keberlanjutan daripada sekadar eksploitasi tambang yang sesaat,” ucapnya.
Sebaliknya, ia menyayangkan kondisi Kaltim yang sejak 1990-an bergantung pada tambang, namun belum sepenuhnya menerapkan prinsip keberlanjutan. Syarifatul mencontohkan perusahaan tambang besar di Kabupaten Berau yang sudah beroperasi sejak awal ia tinggal di Kaltim.
“Tambang di Kaltim memang berdampak secara ekonomi. Pendapatan daerah ikut terangkat dari sektor ini, baik lewat pajak maupun kontribusi ke APBD,” tambahnya.
Ia menekankan pentingnya penggunaan dana reklamasi, program CSR, dan kewajiban pascatambang untuk memperbaiki dampak lingkungan dan sosial yang ditinggalkan perusahaan tambang.
“Kalau bisa, ambil sisi positifnya dan minimalkan dampak negatifnya. Jangan sampai masyarakat hanya jadi penonton, sementara lingkungannya rusak dan manfaat ekonominya tak merata,” pungkasnya. (Adv/Sb/DPRDKaltim)



